Hai, Rinda. Apa kabar? Aku Rafi. Ingat?
nomor asing itu muncul di layar hpku dengan membawa pesan saat
hujan mengguyur di tengah siang. Segera kubalas.
Maaf, kmu siapa?aku enggak ingat punya teman namanya Rafi.
Beneran enggak inget? Ternyata emang kenangan tentangku enggak membekas sama sekali ya, harusnya aku tau klo kamu bakalan lupa sama aku.
Apaan sih ini anak? kenangan apa coba? aku
mencoba mengingat lagi. Rafi. Dari TK sampai sekarang aku tidak punya teman
yang namanya Rafi.
Sumpaaaaaahhhh. ini sapa? Rafi siapa? Kenangan apa? Maaf klo aku enggak inget tapi aku baneran enggak tau.
Aku Rafi. Ingat itu. Seharusnya dari namaku aja kamu sudah tau
siapa aku. Jadi, aku simpulkan kalau kamu memang bener-bener sudah ngelupain
aku. Kalau kamu enggak inget, ya udah lebih baik kamu enggak perlu tau dan
enggak perlu kamu inget-inget lagi biar kamu enggak nyesel sudah ngelupain
seorang Rafi yang menunggumu dalam diam. Tapi, walaupun kamu tidak bisa
mengingatku yang dulu, selalu ingatlah aku mulai sekarang.
Hei, jika dari nama saja seharusnya aku sudah kenal, berarti
aku punya kenangan kuat dengannya. Tapi apa? aku mulai sebal sekaligus
penasaran.
Gini yah, aku paling enggak suka keadaan kayak gini. Kamu siapa?
Kita kenal dimana? Jawab jujur dan enggak usah berbelit – belit.
Ternyata kamu benar-benar sudah melupakanku sama sekali. Aku
kecewa. dan jangan buat aku lebih kecewa jika aku memberitahumu tentangku
dan kenangan kita tapi kamu masih tetap tidak ingat. Tak apa jika kamu tak bisa
mengingatku karena aku tau kenangan kita terlalu singkat dan sudah sekian lama.
Tapi aku tetap ingin dekat denganmu dan tak ingin mengatakan apa-apa lagi soal
kita di masa lalu karena itu hanya akan membuatku sakit.
Ealah plis, aku pengen mengingatmu lagi.
Percuma. Kamu tuh emang cuma tau namaku aja. Tapi, aku tau kamu, bahkan lebih dari itu. Kamu kenangan termanis. Seperit namamu. Marinda. dan akan tetap jadi kenangan yang manis andai saja kamu tidak melupakanku. Hari itu hujan, seperti sekarang. dan setiap hujan turun, aku tersiksa oleh rindu. aku selalu takut kamu lupa sama aku setiap kali aku pengen sms kamu. dan aku enggak tau harus ngomong apa setelah sekian lama tidak bertemu.
Aku menyerah, mungkin ini cuma anak iseng.
Tapi ceritanya tentang hujan itu mengingatkanku pada Ryan. seperti Rafi, aku
selalu merindukan Ryan setiap hujan turun. Tapi Rafi bukan Ryan dan itulah
kecewaku.
Tak bisa kulupa, saat-saat indah bersamamu,
semua cerita, mungkin kini hanya tinggal kenangan. Kau tak disini, aku pun
telah kau hapus dari hidupmu. Lupakan saja diriku untuk selama-lamanya.
tidurlah malam ini dengan segenap rasa. aku harap kamu memimpikanku untuk
terakhir kalinya. Bangunlah nanti dengan hati tersenyum. kini tibalah saatnya
kita harus berpisah. Dari yang akan selalu mengingat hari ini. Sabtu, 19
nov 2011. Rafi
Sms rafi datang tepat saat aku meraih bantalku untuk tidur. Huuft.
benar enggak ya yang di omongin rafi itu? Kenapa aku tidak ingat sama sekali
tentang dia. Tapi, aku tidak mau menyakiti perasaan Rafi sekalipun aku tidak
ingat pernah mengenalnya.
Jelaslah aku akan melupakanmu, aku kan emang enggak kenal sama
kamu.
Sebenarnya kamu kenal aku. Tapi kamu enggak inget aja. ironis.
padahal aku slalu mengingatmu bahkan sampe menyukaimu sejak pertama kali
bertemu. Tapi kamu ingat namaku aja enggak. Mencoba mengingatku pun enggak.
enggak apa-apa kalau kamu pengen nganggap aku enggak ada, ngelupain aku. Tapi
bagiku tak mudah melupakan seseorang yang sudah aku sukai selama 3 tahun. Beri
aku waktu untuk perlahan menjauhimu. Setidaknya izinkan aku melihatmu dari
depan, bukan dari belakang lagi. Aku pengen jadi tamanmu walaupun itu
singkat dan aku mau enggak mau harus hilang darimu
.
Oke, tapi aku aja enggak merasa pernah bertemu kamu, kita
berteman kayak apa?
Hey, emang kalau berteman itu harus ketemu dulu? Di fb aja enggak
perlu. Lagipula, ingat, kita pernah bertemu 3 tahun yang lalu. aku cuma mau
berbagi masalahku saja denganmu. karena makin lama, masalah yang terjadi lebih
berat dan aku butuh kamu.
Nah yang aku bingung, aku enggak pernh kenal sama kamu. Dan
rafi. aku enggak pernah dengar nama itu. kamu salah kali,bukan rinda aku.
Aku tau banyak tentangmu, kamu marinda rosita sari. Anak smanika.
rumahmu di tarik. Kamu anak tunggal. setiap hari diantar ke sekolah sama ortu.
Rambutmu pirang. Suka pakai bando. hpmu baru ganti. dan banyak lagi. Sekarang
kamu percaya kalau aku enggak mungkin salah orang kan?
Aku terdiam.itu benar-benar aku. Tapi bagaimana bisa?
Hey, kamu nguntit aku ya?
Emang. Krna aku suka sama kamu, seseorang yang menyukai orang lain
selalu pengen tahu tentang org itu. Apapun tentanggmu itu penting buatku.maaf
kalau itu ganggu.
He.itu ganggu banget tau. Lebih baik kamu berhenti ngikutin aku
deh. sudahlah aku pusing, aku pengen tidur aja.
Oke, selamat malam
.................................................................................................................................................
Selamat pagi Rinda, telahkah kamu bangun dengan
tersenyum? Karena matahari tersenyum pada semuanya, pada burung, pada bunga di
taman, bahkan pada batu-batu di pinggir jalan. Tersenyumlah. dan kuharap senyum
itu untukku juga.
Pagi itu, lagi-lagi aku menerima sms dari
Rafi. dan aku tau Rafi pasti cowok yang romantis. Yah, walaupun cowok romantis
dan misterius seperti dia adalah tipe cowok yang aku sukai. Tapi segala tentang
cowok romantis mengingatkanku pada cowok romantis lain yang bisa menyanjung
hatiku. Menanam bunga – bunga cinta di dalamnya. yang memberiku perasaan
terdalam dan setelah itu meninggalkanku tanpa aba – aba dan penjelasan. Ryan.
Sorenya..
My dear Rinda, sore ini, cerah tanpa hujan, walaupun setiap hujan
turun aku tersayat oleh rindu,aku selalu menantikannya karena itu akan
membuatku mengingatmu. disini,diantara aroma basah hujan dan rasa rindu ,aku
terjebak untuk keempat kalinya dalam ruang putih besar bersama beberapa
orang lain mengikuti seminar saham. kata papa aku hrus mulai mengenal hal
smacam ini dan aku berangkat deminya. Mungkin yang lain menikmati keadaan
ini. tapi aku tidak. Aku dan saham atau semacam itu bukanlah melodi yang tepat.
aku bosan. tapi aku tak ingin mengecewakan papa karena aku tau kecewa itu
sakit. aku usir bosan dengan menekuri layar hp, aku tulis puisi ini untukmu.
Kau sedekat nafas
Tapi itu hanya bayangmu
Jiwamu entah dimana
Kutempuh jalan kemana lagi
Sedangkan diujungnya pintu hatimu tertutup
Akupun hanya debu dibalik batu
Tapi karnamu aku menjelma menjadi angin
Menemui siang,pagi dan malammu
Esok paginya aku benar-benar terbangun dengan senyuman. Dan senyumku
merekah lagi saat message alert dari hpku berdering dan aku menemukan nama rafi
disana.
My dear Rinda,pagi ini aku diundang faiz ke rumahnya. Disana aku
menemukan gitar dan mencoba memainkannya. Faiz lihat aku bisa jadi hebat kalau
aku sering berlatih dan dia mengijinkanku kerumahnya kapanpun untuk melatih
kemampuanku.haha. masak aku bisa jadi hebat? tapi aku senang sekali dan akan
terus melatih permainan gitarku. aku memang ingin gitar dari dulu tapi papa tak
mengizinkanku karena dirumah sudah ada piano.menurutmu aku cocok jadi musisi
atau penyair?
Menurutku musisi dengan syair lagu puitis cocok untkmu.
enggak tau juga sih.
Sudahlah, lupakan saja! Kata papa aku harus jadi pengusaha agar aku
bisa berpikir ke depan. aku tak akan menyalahkan beliau karena dia tidak bisa
mengenali nada atau menggubah sebaris sajak. dan aku tau aku memang suka
terpaut pada masa lalu dan mengarungi kehidupan seperti air,mengalir apa adanya
tanpa rencana. seperti aku yang selama 3 tahun tetap terpaut padamu tanpa rencana
pasti untuk mendekatimu.
Mungkin ayahmu hanya ingin mengubah pola pikirmu saja. Tapi cara
beliau salah. Lakukan saja kalau kau punya keberanian dan lakukan dengan halus.
Tapi itulah seniman. Masalah seorang seniman adalah kita terlalu
terbawa khayal membumbung tinggi ke atas langit sehingga kita jarang menyadari
untuk berpijak ke bumi. dan bagiku syair dan melodi adalah bumbu pas pengusir
rindu dan kesepian. Salahkah jika aku menjalaninya seperti ini?
Tidak, buktinya untuk punya cita-cita. papamu hanya khawatir.
Ngomong saja dulu pasti papamu akan mengrti. It’s ur life.
Ok.Makasih banyak rinda, kamu memang bisa kuandalkan.
Aku tak tahu kenapa aku bisa seakrab itu dan mau menanggapi cerita
yang mungkin hanya karangan Rafi saja. Tapi, dalam hati aku percaya Rafi
anak yang baik.
Hari-hari, minggu-minggu, dan bulan-bulan berikutnya Rafi kerap
sekali bercerita apapun padaku. Aku tau sekarang kalau dia anak kaku, Hanya
mempercayai orang – orang tertentu dan agak kurang pengertian sebenarnya. Tapi
dia keren, romantis, pengetahuannya secara umum luas, asyik diajak diskusi, dan
mempunyai kharisma kuat. Dia punya suatu cara yang membuatnya tidak akan
terlupa.
Hari ini, tanggal 16 november. Hujan sore itu kembali
mengingatkanku pada Ryan. Mungkin Rafi akan mengingatku tapi, akankah Ryan
begitu?
Dear Rinda, hari ini genap 4 tahun sejak kita bertemu. Aku sangat
berterima kasih kamu mau mendengarkan dan mengerti aku. aku puas dan cukup
bahagia. Hari ini, seperti 4 tahun yang lalu, hujan, 16 november 2010 hari itu
hujan, warung bakso tempatku duduk segera penuh dengan orang yang meneduh dan
sekalian makan. Aku tak memerhatikan mereka. Aku tetap menekuri kertas-kertas
sajak itu dan membacanya berulang-ulang. lalu saat kubuang kertas itu, kamu
memungutnya dan membacanya keras-keras.
Cinta. Cinta adalah sebuah kedalaman rasa. Ibarat seseorang
tergores pisau tajam lalu perih, atau saat membuka jendela di pagi hari.
Kau dan aku pun tersenyum dan akhirnya kau menuliskan nomor
teleponmu di kertas itu. Itulah awal petualangan kita.
Dan sekarang aku harus pergi dari hidupmu, aku harus ke prancis
untuk belajar sastra. terimakasih, karenamu aku bisa meyakinkan papaku akan
mimpiku. tapi jika kamu memang peduli padaku, temui aku di bandara. Sekarang
sebelum aku pergi.
Aku tersentak, itu adalah kenanganku dengan Ryan. Mungkinkah
Rafi sebenarnya Ryan?
Aku bergegas ganti baju dan menuju bandara. aku terbayang lagi
semua yang kuingat tentang Ryan. Rasanya, lama sekali aku sampai ke bandara
yang hanya berjarak beberapa kilo lagi dari tempatku. Dan ketika sampai aku
tergesa – gesa mencari sosok Ryan. Apa yang aku dapat? Pesawat itu terbang di
hadapanku, meninggalkanku deng harapan kosong, penyesalan dalam. aku menangis,
terisak, dan tertegun melihat burung besi itu terbang menjauh.
“Rinda.” Seseorang menepuk pundakku dari belakang. Itu Ryan dengan
membawa bunga. Dia muncul dihadapanku dengan tersenyum. aku tidak bisa
melukiskan perasaanku selain hanya ingin memeluk dia dan tidak ingin melepaskan
dia untuk selama-lamanya. Dia adalah my dear Rafi Putra Ar-rayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar