“Dea, keluarga kamu nyambangi kamu loh dari tadi” kata mbak dewi, senior kamarku.
“astagfirullah” aku kaget. Tanpa basa- basi lagi aku layangkan kakiku secepat burung ke ruang tunggu kunjungan
“astagfirullah” aku kaget. Tanpa basa- basi lagi aku layangkan kakiku secepat burung ke ruang tunggu kunjungan
***
“kemana aja kamu dik, kak anna udah nunggu dari tadi “ ujar kak anna, kakakku satu-satunya.
“afwan,kak. Suara spionnya g kedengeran”
“memang kenapa sih kok wali santri enggak boleh masuk ke pondok”
“nggak ngerti,kak. Katanya sih sungkan, takut ganggu keamanan. enggak ngerti deh kak”
“aneh-aneh aja”
“kenapa kak anna kesini lebih cepat”
“itu, ibu sakit. Minta kamu pulang”
“apa? Ibu sakit? Sakit apa kak?”
“demam dik”
“kalau begitu ayo kita minta izin dulu ke pengasuh pondok”
“baiklah”
“afwan,kak. Suara spionnya g kedengeran”
“memang kenapa sih kok wali santri enggak boleh masuk ke pondok”
“nggak ngerti,kak. Katanya sih sungkan, takut ganggu keamanan. enggak ngerti deh kak”
“aneh-aneh aja”
“kenapa kak anna kesini lebih cepat”
“itu, ibu sakit. Minta kamu pulang”
“apa? Ibu sakit? Sakit apa kak?”
“demam dik”
“kalau begitu ayo kita minta izin dulu ke pengasuh pondok”
“baiklah”
***
“......... begitulah neng” kak anna panjang lebar menjelaskan alasanku izin pulang”
“kamu diniyah kelas berapa?” tanya neng hanif kepadaku
“kelas 2 ula,neng” jawabku
“hmmm, besok kelas 2 ula hafalan imrithi dari awal bab ya?”
“inggih,neng”
“jangan pulang dulu, kalau bisa hari jum’at saja klo libur diniyah” kami berdua hanya diam lalu mohon diri keluar
“kamu diniyah kelas berapa?” tanya neng hanif kepadaku
“kelas 2 ula,neng” jawabku
“hmmm, besok kelas 2 ula hafalan imrithi dari awal bab ya?”
“inggih,neng”
“jangan pulang dulu, kalau bisa hari jum’at saja klo libur diniyah” kami berdua hanya diam lalu mohon diri keluar
***
Hari jum’at. Kak annna datang menjemput. Dikarenakan neng hanif tidak ada, Kami pun menuju pengasuh pondok yang lain. neng nanik.
“neng naniknya ada mbak?” tanyaku
“oh, masih sare. Mohon ditunggu”
kami menunggu lama. 1 jam, 2 jam tak kunjung keluar. Dan akhirnya,.,
“neng naniknya ada mbak?” tanyaku
“oh, masih sare. Mohon ditunggu”
kami menunggu lama. 1 jam, 2 jam tak kunjung keluar. Dan akhirnya,.,
“monggo. Monggo. Mau izin pulang?” tanya neng nanik ramah.
“inggih neng”
“kenapa?”
“ibu sakit”
“rumahnya dimana?”
“pasuruan neng”
“oh,pasuruan. Disini-sini saja. Baiklah. Tapi cuma 2 hari saja pulangnya. Minggu sore atau senin pagi-pagi sudah balik lagi ya”
kami pun mendapat perizinan walaupun waktunya sedikit. Tetapi perizinan itu masih belum selesai jika belum dapat surat izin resmi dari ustadzah-ustadzah asrama. Karena wali santri tidak boleh masuk, aku pun sendiri ke kamar ustadzah.
“inggih neng”
“kenapa?”
“ibu sakit”
“rumahnya dimana?”
“pasuruan neng”
“oh,pasuruan. Disini-sini saja. Baiklah. Tapi cuma 2 hari saja pulangnya. Minggu sore atau senin pagi-pagi sudah balik lagi ya”
kami pun mendapat perizinan walaupun waktunya sedikit. Tetapi perizinan itu masih belum selesai jika belum dapat surat izin resmi dari ustadzah-ustadzah asrama. Karena wali santri tidak boleh masuk, aku pun sendiri ke kamar ustadzah.
Tok.tok,tok..
“assalamualaikum ustadzah” aku mengetuk lagi pintu yang belum terbuka juga.
“afwan mbak, ustadzah tadi kayaknya masih ke koperasi” ujar salah seorang mbak yang kebetulan lewat. Aku pun menunggu lagi.
“afwan mbak, ustadzah tadi kayaknya masih ke koperasi” ujar salah seorang mbak yang kebetulan lewat. Aku pun menunggu lagi.
***
“oh,pulang ya”
“inggih, ustadzah”
“berapa hari”
“2 hari”
“wah, itu terlalu lama. 1 hari saja ya”
“terserah pun”
“kenapa mau pulang dea”
“ibu sakit,ustadzah”
“g loro-loroan kan”
“nggeh mboten tho ustadzah”
“mungkin, cuma alasan. Ya sudah, dengan siapa pulang?”
“dengan kakak saya”
“perempuan?”
“inggih”
“ini surat izinnya. Ati-ati loh. Ojok macem-macem di jalan”
“inggih ustadzah”
“inggih, ustadzah”
“berapa hari”
“2 hari”
“wah, itu terlalu lama. 1 hari saja ya”
“terserah pun”
“kenapa mau pulang dea”
“ibu sakit,ustadzah”
“g loro-loroan kan”
“nggeh mboten tho ustadzah”
“mungkin, cuma alasan. Ya sudah, dengan siapa pulang?”
“dengan kakak saya”
“perempuan?”
“inggih”
“ini surat izinnya. Ati-ati loh. Ojok macem-macem di jalan”
“inggih ustadzah”
***
Dirumah, entah kenapa banyak orang berkumpul.
“loh, pak. Ada apa? Rumah kok ramai”
”ibumu,dea. Ibumu udah nggak ada”
“ibu?” aku berlari menuju dalam rumah. Aku menangis disamping tubuh ibu yang tak bernyawa. Andai saja aku bisa lebih cepat. Aku pasti bisa menemui ibu untuk yang terakhir.
“lagipula, kalian kemana saja. Kok lama nduk? ” dari kemaren- kemaren disuruh pulang juga kamu enggak bisa,dea” tanya bapak
“perizinannya seret pak, nunggu lama”
“nunggu di ruang tunggunya juga lama” timpal kak anna
“ibumu tadi pengen ketemu, sayang kamu kurang cepat” kata bapak. enggak tau ah. gelap.
“loh, pak. Ada apa? Rumah kok ramai”
”ibumu,dea. Ibumu udah nggak ada”
“ibu?” aku berlari menuju dalam rumah. Aku menangis disamping tubuh ibu yang tak bernyawa. Andai saja aku bisa lebih cepat. Aku pasti bisa menemui ibu untuk yang terakhir.
“lagipula, kalian kemana saja. Kok lama nduk? ” dari kemaren- kemaren disuruh pulang juga kamu enggak bisa,dea” tanya bapak
“perizinannya seret pak, nunggu lama”
“nunggu di ruang tunggunya juga lama” timpal kak anna
“ibumu tadi pengen ketemu, sayang kamu kurang cepat” kata bapak. enggak tau ah. gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar